Persamaan diferensial Bessel
Salah satu dari
persamaan-persamaan diferensial yang terpenting dalam penerapan matematika
adalah persamaan diferensial Bessel
x2y² + xy¢ + (x2
– v2) y = 0 (*)
di mana parameter v merupakan bilangan
yang diberikan. Persamaan ini timbul dalam soal-soal tentang getaran (vibrasi),
medan
elektrostatik, rambatan (konduksi) panas, dan sebagainya, pada sebagian besar
kasus persoalan tersebut menunjukkan sifat simetri silinder.
Kita asumsikan bahwa parameter v di dalam
persamaan diferensial di atas (*) adalah bilangan riil dan taknegatif. Perhatikan
bahwa persamaan diferensial ini mempunyai titik singular reguler di x = 0. Jadi
Persamaan (*) mempunyai penyelesaian yang berbentuk
y(x) = 

=
dengan
a0 ¹ 0

turunan-turunannya adalah
y¢(x) = 

y²(x) = 

substitusikan y, y¢ dan y²
ke persamaan diferensial di atas, diperoleh

Bagi persamaan ini dengan xr
dan kemudian kumpulkan koefisien dari xm, maka didapat
(r2 – v2)a0
+ [(r + 1)2 – v2] a1x +
= 0

(r2
– v2)a0 = 0
[(r
+ 1)2 – v2] a1 = 0

karena
a0 ¹ 0, dari (r2 – v2)a0
= 0 diperoleh persamaan penunjuk
r2
– v2 = 0 Û r = ± v
begitu
pula dari [(r + 1)2 – v2] a1 = 0 di dapat a1
= 0.
Sedangkan dari persamaan
= 0 didapat rumus rekursi

(r
+ m – v)(r + m + v) am = - am-2, untuk m = 2, 3, … (1)
selanjutnya
kita tinjau kasus r = v.
Penyelesaian Terhadap Akar
r1 = v
Untuk
r = r1 = v maka rumus rekursi menjadi
m(2v
+ m) am = - am-2, untuk m = 2, 3, …
karena
a1 = 0, maka diperoleh a3 = 0, a5 = 0, …, a2k-1
= 0, untuk k = 1, 2, … dengan syarat 2v + m ¹
0 untuk m = 2, 3, ….
Gantikan
m dengan 2m dalam rumus (1) memberikan
a2m
=
, untuk m = 1, 2, 3,
… (2)

dengan
syarat v ¹ - m.
Dari
(2) kita peroleh koefisien-koefisien a2, a4, … secara
berurutan.
ganti
m dengan m-1 dalam (2), sehingga diperoleh
a2m-2
= 

dengan
demikian
a2m
= 



apabila
proses ini dilanjutkan, maka didapat
a2m
=
, untuk m = 1, 2, 3, …. (3)

a0
masih sembarang, biasanya diambil
a0 = 

dimana G
adalah fungsi Gamma. Untuk keperluan di sini cukup kita ketahui bahwa G(a)
didefinisikan oleh integral

dengan
integrasi parsial diperoleh

pernyataan pertama di ruas kanan adalah
nol dan integral di ruas kanan adalah G(a). Ini menghasilkan hubungan dasar
G(a+1) = a G(a) (4)
karena
G(1) = 

kita simpulkan dari (4) bahwa
G(2) = G(1)
= 1 !, G(3) = 2G(2)
= 2!, ….
dan umumnya
G(k+1) = k! untuk k = 0, 1, 2, ….
Ini menunjukkan bahwa fungsi gamma dapat
dipandang sebagai generalisasi dari fungsi faktorial yang diketahui dari
kalkulus elementer.
Kita kembali pada masalah yang kita
tinjau,
(v+m)(v+m-1) … (v+1) G(v+1) = G(v+m+1)
jadi rumus untuk a2m pada (3)
menjadi


Dengan menentukan r = v dan substitusikan (5) ke y(x) =
dan mengingat a2m-1 = 0, untuk m = 1, 2, …, maka
didapat

y(x) =
= 


fungsi ini dikenal sebagai fungsi Bessel jenis pertama orde v dan
ditulis dengan notasi Jv(x).
Jadi
Jv(x) =
(6)

atau
Jv(x) =

dan berlaku untuk v yang bukan bilangan
bulat negatif,
atau
Jn(x) = 

Deret di ruas kanan pada (6) konvergen
mutlak untuk setiap x (uji dengan tes hasil bagi). Fungsi ini merupakan solusi
persamaan diferensial (6) untuk v bukan bilangan bulat negatif.
Khususnya untuk v = 0, dari (6) diperoleh
J0(x) = 

yaitu fungsi Bessel orde nol.
Sekarang kita tinjau kasus r = - v.
Penyelesaian J-v
dari Persamaan Bessel
Dengan
mengganti v dengan –v di (6), kita peroleh
J-v(x) =
(7)

Karena
persamaan Bessel memuat v2, maka fungsi-fungsi Jv dan J-v
merupakan penyelesaian-penyelesaian dari persamaan Bessel untuk v yang sama.
Bila v bukan bilangan bulat, maka Jv dan J-v adalah bebas
linear karena suku pertama di (6) dan suku pertama di (7) berturut-turut adalah
kelipatan hingga yang tak nol dari xv dan x-v. Ini
memberikan hasil berikut.
Teorema 1. (Penyelesaian
umum persamaan Bessel)
Jika v bukan bilangan bulat, maka penyelesaian
umum persamaan Bessel untuk setiap x ¹ 0 adalah
y(x)
= c1 Jv(x) + c2 J-v(x).
Tetapi
jika v suatu bilangan bulat, maka y(x) = c1 Jv(x) + c2
J-v(x) bukan penyelesaian umum. Ini diperoleh dari teorema berikut.
Teorema 2. (Kebergantungan
linear fungsi-fungsi Bessel Jn dan J-n)
Untuk
bilangan bulat v = n, fungsi-fungsi Bessel Jn(x) dan J-n(x)
adalah bergantung linear karena
J-n(x)
= (-1) n Jn(x) untuk
n = 1, 2, 3, ….
Mohon untuk diingat:
Fungsi
eksponensial dapat digunakan untuk menyatakan fungsi-fungsi Jn(x).
kita tahu bahwa


bila
kedua deret itu kita perkalikan maka diperoleh

= J0(x) + J1(x)
t + J2(x) t2 + J-1(x) t-1 + J-2(x)
t-2 + ….
berlaku untuk setiap x dan t ¹ 0. Jadi Jn merupakan
koefisien dari uraian fungsi elsponensial di atas.
Salah satu dari
persamaan-persamaan diferensial yang terpenting dalam penerapan matematika
adalah persamaan diferensial Bessel
x2y² + xy¢ + (x2
– v2) y = 0 (*)
di mana parameter v merupakan bilangan
yang diberikan. Persamaan ini timbul dalam soal-soal tentang getaran (vibrasi),
medan
elektrostatik, rambatan (konduksi) panas, dan sebagainya, pada sebagian besar
kasus persoalan tersebut menunjukkan sifat simetri silinder.
Kita asumsikan bahwa parameter v di dalam
persamaan diferensial di atas (*) adalah bilangan riil dan taknegatif. Perhatikan
bahwa persamaan diferensial ini mempunyai titik singular reguler di x = 0. Jadi
Persamaan (*) mempunyai penyelesaian yang berbentuk
y(x) = 

=
dengan
a0 ¹ 0

turunan-turunannya adalah
y¢(x) = 

y²(x) = 

substitusikan y, y¢ dan y²
ke persamaan diferensial di atas, diperoleh

Bagi persamaan ini dengan xr
dan kemudian kumpulkan koefisien dari xm, maka didapat
(r2 – v2)a0
+ [(r + 1)2 – v2] a1x +
= 0

(r2
– v2)a0 = 0
[(r
+ 1)2 – v2] a1 = 0

karena
a0 ¹ 0, dari (r2 – v2)a0
= 0 diperoleh persamaan penunjuk
r2
– v2 = 0 Û r = ± v
begitu
pula dari [(r + 1)2 – v2] a1 = 0 di dapat a1
= 0.
Sedangkan dari persamaan
= 0 didapat rumus rekursi

(r
+ m – v)(r + m + v) am = - am-2, untuk m = 2, 3, … (1)
selanjutnya
kita tinjau kasus r = v.
Penyelesaian Terhadap Akar
r1 = v
Untuk
r = r1 = v maka rumus rekursi menjadi
m(2v
+ m) am = - am-2, untuk m = 2, 3, …
karena
a1 = 0, maka diperoleh a3 = 0, a5 = 0, …, a2k-1
= 0, untuk k = 1, 2, … dengan syarat 2v + m ¹
0 untuk m = 2, 3, ….
Gantikan
m dengan 2m dalam rumus (1) memberikan
a2m
=
, untuk m = 1, 2, 3,
… (2)

dengan
syarat v ¹ - m.
Dari
(2) kita peroleh koefisien-koefisien a2, a4, … secara
berurutan.
ganti
m dengan m-1 dalam (2), sehingga diperoleh
a2m-2
= 

dengan
demikian
a2m
= 



apabila
proses ini dilanjutkan, maka didapat
a2m
=
, untuk m = 1, 2, 3, …. (3)

a0
masih sembarang, biasanya diambil
a0 = 

dimana G
adalah fungsi Gamma. Untuk keperluan di sini cukup kita ketahui bahwa G(a)
didefinisikan oleh integral

dengan
integrasi parsial diperoleh

pernyataan pertama di ruas kanan adalah
nol dan integral di ruas kanan adalah G(a). Ini menghasilkan hubungan dasar
G(a+1) = a G(a) (4)
karena
G(1) = 

kita simpulkan dari (4) bahwa
G(2) = G(1)
= 1 !, G(3) = 2G(2)
= 2!, ….
dan umumnya
G(k+1) = k! untuk k = 0, 1, 2, ….
Ini menunjukkan bahwa fungsi gamma dapat
dipandang sebagai generalisasi dari fungsi faktorial yang diketahui dari
kalkulus elementer.
Kita kembali pada masalah yang kita
tinjau,
(v+m)(v+m-1) … (v+1) G(v+1) = G(v+m+1)
jadi rumus untuk a2m pada (3)
menjadi


Dengan menentukan r = v dan substitusikan (5) ke y(x) =
dan mengingat a2m-1 = 0, untuk m = 1, 2, …, maka
didapat

y(x) =
= 


fungsi ini dikenal sebagai fungsi Bessel jenis pertama orde v dan
ditulis dengan notasi Jv(x).
Jadi
Jv(x) =
(6)

atau
Jv(x) =

dan berlaku untuk v yang bukan bilangan
bulat negatif,
atau
Jn(x) = 

Deret di ruas kanan pada (6) konvergen
mutlak untuk setiap x (uji dengan tes hasil bagi). Fungsi ini merupakan solusi
persamaan diferensial (6) untuk v bukan bilangan bulat negatif.
Khususnya untuk v = 0, dari (6) diperoleh
J0(x) = 

yaitu fungsi Bessel orde nol.
Sekarang kita tinjau kasus r = - v.
Penyelesaian J-v
dari Persamaan Bessel
Dengan
mengganti v dengan –v di (6), kita peroleh
J-v(x) =
(7)

Karena
persamaan Bessel memuat v2, maka fungsi-fungsi Jv dan J-v
merupakan penyelesaian-penyelesaian dari persamaan Bessel untuk v yang sama.
Bila v bukan bilangan bulat, maka Jv dan J-v adalah bebas
linear karena suku pertama di (6) dan suku pertama di (7) berturut-turut adalah
kelipatan hingga yang tak nol dari xv dan x-v. Ini
memberikan hasil berikut.
Teorema 1. (Penyelesaian
umum persamaan Bessel)
Jika v bukan bilangan bulat, maka penyelesaian
umum persamaan Bessel untuk setiap x ¹ 0 adalah
y(x)
= c1 Jv(x) + c2 J-v(x).
Tetapi
jika v suatu bilangan bulat, maka y(x) = c1 Jv(x) + c2
J-v(x) bukan penyelesaian umum. Ini diperoleh dari teorema berikut.
Teorema 2. (Kebergantungan
linear fungsi-fungsi Bessel Jn dan J-n)
Untuk
bilangan bulat v = n, fungsi-fungsi Bessel Jn(x) dan J-n(x)
adalah bergantung linear karena
J-n(x)
= (-1) n Jn(x) untuk
n = 1, 2, 3, ….
Mohon untuk diingat:
Fungsi
eksponensial dapat digunakan untuk menyatakan fungsi-fungsi Jn(x).
kita tahu bahwa


bila
kedua deret itu kita perkalikan maka diperoleh

= J0(x) + J1(x)
t + J2(x) t2 + J-1(x) t-1 + J-2(x)
t-2 + ….
berlaku untuk setiap x dan t ¹ 0. Jadi Jn merupakan
koefisien dari uraian fungsi elsponensial di atas.
Salah satu dari
persamaan-persamaan diferensial yang terpenting dalam penerapan matematika
adalah persamaan diferensial Bessel
x2y² + xy¢ + (x2
– v2) y = 0 (*)
di mana parameter v merupakan bilangan
yang diberikan. Persamaan ini timbul dalam soal-soal tentang getaran (vibrasi),
medan
elektrostatik, rambatan (konduksi) panas, dan sebagainya, pada sebagian besar
kasus persoalan tersebut menunjukkan sifat simetri silinder.
Kita asumsikan bahwa parameter v di dalam
persamaan diferensial di atas (*) adalah bilangan riil dan taknegatif. Perhatikan
bahwa persamaan diferensial ini mempunyai titik singular reguler di x = 0. Jadi
Persamaan (*) mempunyai penyelesaian yang berbentuk
y(x) = 

=
dengan
a0 ¹ 0

turunan-turunannya adalah
y¢(x) = 

y²(x) = 

substitusikan y, y¢ dan y²
ke persamaan diferensial di atas, diperoleh

Bagi persamaan ini dengan xr
dan kemudian kumpulkan koefisien dari xm, maka didapat
(r2 – v2)a0
+ [(r + 1)2 – v2] a1x +
= 0

(r2
– v2)a0 = 0
[(r
+ 1)2 – v2] a1 = 0

karena
a0 ¹ 0, dari (r2 – v2)a0
= 0 diperoleh persamaan penunjuk
r2
– v2 = 0 Û r = ± v
begitu
pula dari [(r + 1)2 – v2] a1 = 0 di dapat a1
= 0.
Sedangkan dari persamaan
= 0 didapat rumus rekursi

(r
+ m – v)(r + m + v) am = - am-2, untuk m = 2, 3, … (1)
selanjutnya
kita tinjau kasus r = v.
Penyelesaian Terhadap Akar
r1 = v
Untuk
r = r1 = v maka rumus rekursi menjadi
m(2v
+ m) am = - am-2, untuk m = 2, 3, …
karena
a1 = 0, maka diperoleh a3 = 0, a5 = 0, …, a2k-1
= 0, untuk k = 1, 2, … dengan syarat 2v + m ¹
0 untuk m = 2, 3, ….
Gantikan
m dengan 2m dalam rumus (1) memberikan
a2m
=
, untuk m = 1, 2, 3,
… (2)

dengan
syarat v ¹ - m.
Dari
(2) kita peroleh koefisien-koefisien a2, a4, … secara
berurutan.
ganti
m dengan m-1 dalam (2), sehingga diperoleh
a2m-2
= 

dengan
demikian
a2m
= 



apabila
proses ini dilanjutkan, maka didapat
a2m
=
, untuk m = 1, 2, 3, …. (3)

a0
masih sembarang, biasanya diambil
a0 = 

dimana G
adalah fungsi Gamma. Untuk keperluan di sini cukup kita ketahui bahwa G(a)
didefinisikan oleh integral

dengan
integrasi parsial diperoleh

pernyataan pertama di ruas kanan adalah
nol dan integral di ruas kanan adalah G(a). Ini menghasilkan hubungan dasar
G(a+1) = a G(a) (4)
karena
G(1) = 

kita simpulkan dari (4) bahwa
G(2) = G(1)
= 1 !, G(3) = 2G(2)
= 2!, ….
dan umumnya
G(k+1) = k! untuk k = 0, 1, 2, ….
Ini menunjukkan bahwa fungsi gamma dapat
dipandang sebagai generalisasi dari fungsi faktorial yang diketahui dari
kalkulus elementer.
Kita kembali pada masalah yang kita
tinjau,
(v+m)(v+m-1) … (v+1) G(v+1) = G(v+m+1)
jadi rumus untuk a2m pada (3)
menjadi


Dengan menentukan r = v dan substitusikan (5) ke y(x) =
dan mengingat a2m-1 = 0, untuk m = 1, 2, …, maka
didapat

y(x) =
= 


fungsi ini dikenal sebagai fungsi Bessel jenis pertama orde v dan
ditulis dengan notasi Jv(x).
Jadi
Jv(x) =
(6)

atau
Jv(x) =

dan berlaku untuk v yang bukan bilangan
bulat negatif,
atau
Jn(x) = 

Deret di ruas kanan pada (6) konvergen
mutlak untuk setiap x (uji dengan tes hasil bagi). Fungsi ini merupakan solusi
persamaan diferensial (6) untuk v bukan bilangan bulat negatif.
Khususnya untuk v = 0, dari (6) diperoleh
J0(x) = 

yaitu fungsi Bessel orde nol.
Sekarang kita tinjau kasus r = - v.
Penyelesaian J-v
dari Persamaan Bessel
Dengan
mengganti v dengan –v di (6), kita peroleh
J-v(x) =
(7)

Karena
persamaan Bessel memuat v2, maka fungsi-fungsi Jv dan J-v
merupakan penyelesaian-penyelesaian dari persamaan Bessel untuk v yang sama.
Bila v bukan bilangan bulat, maka Jv dan J-v adalah bebas
linear karena suku pertama di (6) dan suku pertama di (7) berturut-turut adalah
kelipatan hingga yang tak nol dari xv dan x-v. Ini
memberikan hasil berikut.
Teorema 1. (Penyelesaian
umum persamaan Bessel)
Jika v bukan bilangan bulat, maka penyelesaian
umum persamaan Bessel untuk setiap x ¹ 0 adalah
y(x)
= c1 Jv(x) + c2 J-v(x).
Tetapi
jika v suatu bilangan bulat, maka y(x) = c1 Jv(x) + c2
J-v(x) bukan penyelesaian umum. Ini diperoleh dari teorema berikut.
Teorema 2. (Kebergantungan
linear fungsi-fungsi Bessel Jn dan J-n)
Untuk
bilangan bulat v = n, fungsi-fungsi Bessel Jn(x) dan J-n(x)
adalah bergantung linear karena
J-n(x)
= (-1) n Jn(x) untuk
n = 1, 2, 3, ….
Mohon untuk diingat:
Fungsi
eksponensial dapat digunakan untuk menyatakan fungsi-fungsi Jn(x).
kita tahu bahwa


bila
kedua deret itu kita perkalikan maka diperoleh

= J0(x) + J1(x)
t + J2(x) t2 + J-1(x) t-1 + J-2(x)
t-2 + ….
berlaku untuk setiap x dan t ¹ 0. Jadi Jn merupakan
koefisien dari uraian fungsi elsponensial di atas.
Posting Komentar