Artikel Terbaru:
Home » , » Persamaan diferensial Bessel

Persamaan diferensial Bessel

Written By Unknown on Jumat, 23 Agustus 2013 | 02.39



 Persamaan diferensial Bessel
Salah satu dari persamaan-persamaan diferensial yang terpenting dalam penerapan matematika adalah persamaan diferensial Bessel
x2y² + xy¢ + (x2 – v2) y = 0                                      (*)
di mana parameter v merupakan bilangan yang diberikan. Persamaan ini timbul dalam soal-soal tentang getaran (vibrasi), medan elektrostatik, rambatan (konduksi) panas, dan sebagainya, pada sebagian besar kasus persoalan tersebut menunjukkan sifat simetri silinder.
Kita asumsikan bahwa parameter v di dalam persamaan diferensial di atas (*) adalah bilangan riil dan taknegatif. Perhatikan bahwa persamaan diferensial ini mempunyai titik singular reguler di x = 0. Jadi Persamaan (*) mempunyai penyelesaian yang berbentuk
y(x) =
         =                   dengan a0 ¹ 0
turunan-turunannya adalah
y¢(x) =
y²(x) =
substitusikan y, y¢ dan y² ke persamaan diferensial di atas, diperoleh
Bagi persamaan ini dengan xr dan kemudian kumpulkan koefisien dari xm, maka didapat
(r2 – v2)a0 + [(r + 1)2 – v2] a1x + = 0
(r2 – v2)a0 = 0
[(r + 1)2 – v2] a1 = 0
= 0
karena a0 ¹ 0, dari (r2 – v2)a0 = 0 diperoleh persamaan penunjuk
r2 – v2 = 0 Û r = ± v
begitu pula dari [(r + 1)2 – v2] a1 = 0 di dapat a1 = 0.
Sedangkan dari persamaan = 0 didapat rumus rekursi
(r + m – v)(r + m + v) am = - am-2,  untuk m = 2, 3, …                           (1)
selanjutnya kita tinjau kasus r = v.

Penyelesaian Terhadap Akar r1 = v
Untuk r = r1 = v maka rumus rekursi menjadi
m(2v + m) am = - am-2, untuk m = 2, 3, …
karena a1 = 0, maka diperoleh a3 = 0, a5 = 0, …, a2k-1 = 0, untuk k = 1, 2, … dengan syarat 2v + m ¹ 0 untuk m = 2, 3, ….
Gantikan m dengan 2m dalam rumus (1) memberikan
a2m =   , untuk m = 1, 2, 3, …                                      (2)
dengan syarat v ¹ - m.
Dari (2) kita peroleh koefisien-koefisien a2, a4, … secara berurutan.
ganti m dengan m-1 dalam (2), sehingga diperoleh
a2m-2 =
dengan demikian
a2m =
apabila proses ini dilanjutkan, maka didapat
a2m =   ,    untuk m = 1, 2, 3, ….              (3)
a0 masih sembarang, biasanya diambil
a0 =
dimana G adalah fungsi Gamma. Untuk keperluan di sini cukup kita ketahui bahwa G(a) didefinisikan oleh integral
       (a > 0)
dengan integrasi parsial diperoleh
pernyataan pertama di ruas kanan adalah nol dan integral di ruas kanan adalah G(a). Ini menghasilkan hubungan dasar
G(a+1) = a G(a)                                                        (4)
karena
G(1) =
kita simpulkan dari (4) bahwa
G(2) = G(1) = 1 !,       G(3) = 2G(2) = 2!,     ….
dan umumnya
G(k+1) = k!                untuk k = 0, 1, 2, ….
Ini menunjukkan bahwa fungsi gamma dapat dipandang sebagai generalisasi dari fungsi faktorial yang diketahui dari kalkulus elementer.
Kita kembali pada masalah yang kita tinjau,
(v+m)(v+m-1) … (v+1) G(v+1) = G(v+m+1)
jadi rumus untuk a2m pada (3) menjadi
                 , m = 0, 1, 2, ….                     (5)
Dengan menentukan  r = v dan substitusikan (5) ke y(x) = dan mengingat a2m-1 = 0, untuk m = 1, 2, …, maka didapat
y(x) = =
fungsi ini dikenal sebagai fungsi Bessel jenis pertama orde v dan ditulis dengan notasi Jv(x). Jadi
Jv(x) =                                               (6)
atau
Jv(x) =  
dan berlaku untuk v yang bukan bilangan bulat negatif,
atau
Jn(x) =

Deret di ruas kanan pada (6) konvergen mutlak untuk setiap x (uji dengan tes hasil bagi). Fungsi ini merupakan solusi persamaan diferensial (6) untuk v bukan bilangan bulat negatif.
Khususnya untuk v = 0, dari (6) diperoleh
J0(x) =
yaitu fungsi Bessel orde nol.
Sekarang kita tinjau kasus  r = - v.

Penyelesaian J-v dari Persamaan Bessel
Dengan mengganti v dengan –v di (6), kita peroleh
J-v(x) =                                            (7)
Karena persamaan Bessel memuat v2, maka fungsi-fungsi Jv dan J-v merupakan penyelesaian-penyelesaian dari persamaan Bessel untuk v yang sama. Bila v bukan bilangan bulat, maka Jv dan J-v adalah bebas linear karena suku pertama di (6) dan suku pertama di (7) berturut-turut adalah kelipatan hingga yang tak nol dari xv dan x-v. Ini memberikan hasil berikut.

Teorema 1. (Penyelesaian umum persamaan Bessel)
 Jika v bukan bilangan bulat, maka penyelesaian umum persamaan Bessel untuk setiap x ¹ 0 adalah
y(x) = c1 Jv(x) + c2 J-v(x).

Tetapi jika v suatu bilangan bulat, maka y(x) = c1 Jv(x) + c2 J-v(x) bukan penyelesaian umum. Ini diperoleh dari teorema berikut.

Teorema 2. (Kebergantungan linear fungsi-fungsi Bessel Jn dan J-n)
Untuk bilangan bulat v = n, fungsi-fungsi Bessel Jn(x) dan J-n(x) adalah bergantung linear karena
J-n(x) = (-1) n Jn(x)                            untuk n = 1, 2, 3, ….

Mohon untuk diingat:
Fungsi eksponensial dapat digunakan untuk menyatakan fungsi-fungsi Jn(x). kita tahu bahwa
bila kedua deret itu kita perkalikan maka diperoleh
          = J0(x) + J1(x) t + J2(x) t2 + J-1(x) t-1 + J-2(x) t-2 + ….
berlaku untuk setiap x dan t ¹ 0. Jadi Jn merupakan koefisien dari uraian fungsi elsponensial di atas.


Salah satu dari persamaan-persamaan diferensial yang terpenting dalam penerapan matematika adalah persamaan diferensial Bessel
x2y² + xy¢ + (x2 – v2) y = 0                                      (*)
di mana parameter v merupakan bilangan yang diberikan. Persamaan ini timbul dalam soal-soal tentang getaran (vibrasi), medan elektrostatik, rambatan (konduksi) panas, dan sebagainya, pada sebagian besar kasus persoalan tersebut menunjukkan sifat simetri silinder.
Kita asumsikan bahwa parameter v di dalam persamaan diferensial di atas (*) adalah bilangan riil dan taknegatif. Perhatikan bahwa persamaan diferensial ini mempunyai titik singular reguler di x = 0. Jadi Persamaan (*) mempunyai penyelesaian yang berbentuk
y(x) =
         =                   dengan a0 ¹ 0
turunan-turunannya adalah
y¢(x) =
y²(x) =
substitusikan y, y¢ dan y² ke persamaan diferensial di atas, diperoleh
Bagi persamaan ini dengan xr dan kemudian kumpulkan koefisien dari xm, maka didapat
(r2 – v2)a0 + [(r + 1)2 – v2] a1x + = 0
(r2 – v2)a0 = 0
[(r + 1)2 – v2] a1 = 0
= 0
karena a0 ¹ 0, dari (r2 – v2)a0 = 0 diperoleh persamaan penunjuk
r2 – v2 = 0 Û r = ± v
begitu pula dari [(r + 1)2 – v2] a1 = 0 di dapat a1 = 0.
Sedangkan dari persamaan = 0 didapat rumus rekursi
(r + m – v)(r + m + v) am = - am-2,  untuk m = 2, 3, …                           (1)
selanjutnya kita tinjau kasus r = v.

Penyelesaian Terhadap Akar r1 = v
Untuk r = r1 = v maka rumus rekursi menjadi
m(2v + m) am = - am-2, untuk m = 2, 3, …
karena a1 = 0, maka diperoleh a3 = 0, a5 = 0, …, a2k-1 = 0, untuk k = 1, 2, … dengan syarat 2v + m ¹ 0 untuk m = 2, 3, ….
Gantikan m dengan 2m dalam rumus (1) memberikan
a2m =   , untuk m = 1, 2, 3, …                                      (2)
dengan syarat v ¹ - m.
Dari (2) kita peroleh koefisien-koefisien a2, a4, … secara berurutan.
ganti m dengan m-1 dalam (2), sehingga diperoleh
a2m-2 =
dengan demikian
a2m =
apabila proses ini dilanjutkan, maka didapat
a2m =   ,    untuk m = 1, 2, 3, ….              (3)
a0 masih sembarang, biasanya diambil
a0 =
dimana G adalah fungsi Gamma. Untuk keperluan di sini cukup kita ketahui bahwa G(a) didefinisikan oleh integral
       (a > 0)
dengan integrasi parsial diperoleh
pernyataan pertama di ruas kanan adalah nol dan integral di ruas kanan adalah G(a). Ini menghasilkan hubungan dasar
G(a+1) = a G(a)                                                        (4)
karena
G(1) =
kita simpulkan dari (4) bahwa
G(2) = G(1) = 1 !,       G(3) = 2G(2) = 2!,     ….
dan umumnya
G(k+1) = k!                untuk k = 0, 1, 2, ….
Ini menunjukkan bahwa fungsi gamma dapat dipandang sebagai generalisasi dari fungsi faktorial yang diketahui dari kalkulus elementer.
Kita kembali pada masalah yang kita tinjau,
(v+m)(v+m-1) … (v+1) G(v+1) = G(v+m+1)
jadi rumus untuk a2m pada (3) menjadi
                 , m = 0, 1, 2, ….                     (5)
Dengan menentukan  r = v dan substitusikan (5) ke y(x) = dan mengingat a2m-1 = 0, untuk m = 1, 2, …, maka didapat
y(x) = =
fungsi ini dikenal sebagai fungsi Bessel jenis pertama orde v dan ditulis dengan notasi Jv(x). Jadi
Jv(x) =                                               (6)
atau
Jv(x) =  
dan berlaku untuk v yang bukan bilangan bulat negatif,
atau
Jn(x) =

Deret di ruas kanan pada (6) konvergen mutlak untuk setiap x (uji dengan tes hasil bagi). Fungsi ini merupakan solusi persamaan diferensial (6) untuk v bukan bilangan bulat negatif.
Khususnya untuk v = 0, dari (6) diperoleh
J0(x) =
yaitu fungsi Bessel orde nol.
Sekarang kita tinjau kasus  r = - v.

Penyelesaian J-v dari Persamaan Bessel
Dengan mengganti v dengan –v di (6), kita peroleh
J-v(x) =                                            (7)
Karena persamaan Bessel memuat v2, maka fungsi-fungsi Jv dan J-v merupakan penyelesaian-penyelesaian dari persamaan Bessel untuk v yang sama. Bila v bukan bilangan bulat, maka Jv dan J-v adalah bebas linear karena suku pertama di (6) dan suku pertama di (7) berturut-turut adalah kelipatan hingga yang tak nol dari xv dan x-v. Ini memberikan hasil berikut.

Teorema 1. (Penyelesaian umum persamaan Bessel)
 Jika v bukan bilangan bulat, maka penyelesaian umum persamaan Bessel untuk setiap x ¹ 0 adalah
y(x) = c1 Jv(x) + c2 J-v(x).

Tetapi jika v suatu bilangan bulat, maka y(x) = c1 Jv(x) + c2 J-v(x) bukan penyelesaian umum. Ini diperoleh dari teorema berikut.

Teorema 2. (Kebergantungan linear fungsi-fungsi Bessel Jn dan J-n)
Untuk bilangan bulat v = n, fungsi-fungsi Bessel Jn(x) dan J-n(x) adalah bergantung linear karena
J-n(x) = (-1) n Jn(x)                            untuk n = 1, 2, 3, ….

Mohon untuk diingat:
Fungsi eksponensial dapat digunakan untuk menyatakan fungsi-fungsi Jn(x). kita tahu bahwa
bila kedua deret itu kita perkalikan maka diperoleh
          = J0(x) + J1(x) t + J2(x) t2 + J-1(x) t-1 + J-2(x) t-2 + ….
berlaku untuk setiap x dan t ¹ 0. Jadi Jn merupakan koefisien dari uraian fungsi elsponensial di atas.


Salah satu dari persamaan-persamaan diferensial yang terpenting dalam penerapan matematika adalah persamaan diferensial Bessel
x2y² + xy¢ + (x2 – v2) y = 0                                      (*)
di mana parameter v merupakan bilangan yang diberikan. Persamaan ini timbul dalam soal-soal tentang getaran (vibrasi), medan elektrostatik, rambatan (konduksi) panas, dan sebagainya, pada sebagian besar kasus persoalan tersebut menunjukkan sifat simetri silinder.
Kita asumsikan bahwa parameter v di dalam persamaan diferensial di atas (*) adalah bilangan riil dan taknegatif. Perhatikan bahwa persamaan diferensial ini mempunyai titik singular reguler di x = 0. Jadi Persamaan (*) mempunyai penyelesaian yang berbentuk
y(x) =
         =                   dengan a0 ¹ 0
turunan-turunannya adalah
y¢(x) =
y²(x) =
substitusikan y, y¢ dan y² ke persamaan diferensial di atas, diperoleh
Bagi persamaan ini dengan xr dan kemudian kumpulkan koefisien dari xm, maka didapat
(r2 – v2)a0 + [(r + 1)2 – v2] a1x + = 0
(r2 – v2)a0 = 0
[(r + 1)2 – v2] a1 = 0
= 0
karena a0 ¹ 0, dari (r2 – v2)a0 = 0 diperoleh persamaan penunjuk
r2 – v2 = 0 Û r = ± v
begitu pula dari [(r + 1)2 – v2] a1 = 0 di dapat a1 = 0.
Sedangkan dari persamaan = 0 didapat rumus rekursi
(r + m – v)(r + m + v) am = - am-2,  untuk m = 2, 3, …                           (1)
selanjutnya kita tinjau kasus r = v.

Penyelesaian Terhadap Akar r1 = v
Untuk r = r1 = v maka rumus rekursi menjadi
m(2v + m) am = - am-2, untuk m = 2, 3, …
karena a1 = 0, maka diperoleh a3 = 0, a5 = 0, …, a2k-1 = 0, untuk k = 1, 2, … dengan syarat 2v + m ¹ 0 untuk m = 2, 3, ….
Gantikan m dengan 2m dalam rumus (1) memberikan
a2m =   , untuk m = 1, 2, 3, …                                      (2)
dengan syarat v ¹ - m.
Dari (2) kita peroleh koefisien-koefisien a2, a4, … secara berurutan.
ganti m dengan m-1 dalam (2), sehingga diperoleh
a2m-2 =
dengan demikian
a2m =
apabila proses ini dilanjutkan, maka didapat
a2m =   ,    untuk m = 1, 2, 3, ….              (3)
a0 masih sembarang, biasanya diambil
a0 =
dimana G adalah fungsi Gamma. Untuk keperluan di sini cukup kita ketahui bahwa G(a) didefinisikan oleh integral
       (a > 0)
dengan integrasi parsial diperoleh
pernyataan pertama di ruas kanan adalah nol dan integral di ruas kanan adalah G(a). Ini menghasilkan hubungan dasar
G(a+1) = a G(a)                                                        (4)
karena
G(1) =
kita simpulkan dari (4) bahwa
G(2) = G(1) = 1 !,       G(3) = 2G(2) = 2!,     ….
dan umumnya
G(k+1) = k!                untuk k = 0, 1, 2, ….
Ini menunjukkan bahwa fungsi gamma dapat dipandang sebagai generalisasi dari fungsi faktorial yang diketahui dari kalkulus elementer.
Kita kembali pada masalah yang kita tinjau,
(v+m)(v+m-1) … (v+1) G(v+1) = G(v+m+1)
jadi rumus untuk a2m pada (3) menjadi
                 , m = 0, 1, 2, ….                     (5)
Dengan menentukan  r = v dan substitusikan (5) ke y(x) = dan mengingat a2m-1 = 0, untuk m = 1, 2, …, maka didapat
y(x) = =
fungsi ini dikenal sebagai fungsi Bessel jenis pertama orde v dan ditulis dengan notasi Jv(x). Jadi
Jv(x) =                                               (6)
atau
Jv(x) =  
dan berlaku untuk v yang bukan bilangan bulat negatif,
atau
Jn(x) =

Deret di ruas kanan pada (6) konvergen mutlak untuk setiap x (uji dengan tes hasil bagi). Fungsi ini merupakan solusi persamaan diferensial (6) untuk v bukan bilangan bulat negatif.
Khususnya untuk v = 0, dari (6) diperoleh
J0(x) =
yaitu fungsi Bessel orde nol.
Sekarang kita tinjau kasus  r = - v.

Penyelesaian J-v dari Persamaan Bessel
Dengan mengganti v dengan –v di (6), kita peroleh
J-v(x) =                                            (7)
Karena persamaan Bessel memuat v2, maka fungsi-fungsi Jv dan J-v merupakan penyelesaian-penyelesaian dari persamaan Bessel untuk v yang sama. Bila v bukan bilangan bulat, maka Jv dan J-v adalah bebas linear karena suku pertama di (6) dan suku pertama di (7) berturut-turut adalah kelipatan hingga yang tak nol dari xv dan x-v. Ini memberikan hasil berikut.

Teorema 1. (Penyelesaian umum persamaan Bessel)
 Jika v bukan bilangan bulat, maka penyelesaian umum persamaan Bessel untuk setiap x ¹ 0 adalah
y(x) = c1 Jv(x) + c2 J-v(x).

Tetapi jika v suatu bilangan bulat, maka y(x) = c1 Jv(x) + c2 J-v(x) bukan penyelesaian umum. Ini diperoleh dari teorema berikut.

Teorema 2. (Kebergantungan linear fungsi-fungsi Bessel Jn dan J-n)
Untuk bilangan bulat v = n, fungsi-fungsi Bessel Jn(x) dan J-n(x) adalah bergantung linear karena
J-n(x) = (-1) n Jn(x)                            untuk n = 1, 2, 3, ….

Mohon untuk diingat:
Fungsi eksponensial dapat digunakan untuk menyatakan fungsi-fungsi Jn(x). kita tahu bahwa
bila kedua deret itu kita perkalikan maka diperoleh
          = J0(x) + J1(x) t + J2(x) t2 + J-1(x) t-1 + J-2(x) t-2 + ….
berlaku untuk setiap x dan t ¹ 0. Jadi Jn merupakan koefisien dari uraian fungsi elsponensial di atas.
Share this post :

Posting Komentar

 
Support : persamaan.com | Perbedaan | Sama dengan
Copyright © 2011. Persamaan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by jersey
Proudly powered by Jadwal.co